Sejak lama para peneliti berusaha mencari tahu hal-hal apa saja yang membuat seseorang tertarik pada yang lain. Mereka mengukur tiap bentuk dan sudut wajah manusia, mempelajari tubuh simetri para penari, meneliti perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh model Playboy yang paling digemari lelaki, bahkan melakukan pengujian terhadap bau keringat untuk mencari tahu seberapa jauh hal itu mempengaruhi ketertarikan seseorang.
Namun semua itu masih belum bisa membuka tabir rahasia mengenai apa yang membuat orang saling tertarik. Dan bagaimana faktor-faktor tersebut membuat orang saling jatuh cinta, adalah sesuatu yang lebih misterius lagi.
Tapi setidaknya ada beberapa daftar ilmiah mengenai penentu ketertarikan yang diperoleh. Beberapa di antaranya mudah dideskripsikan, seperti mata indah dan feminin. supermodel, serta pinggul menarik dari lelaki tegap. Namun hal lainnya berada dalam tataran bawah sadar, sehingga memotivasi para peneliti untuk mencari jawabannya.
Pada akhirnya ditemukan bahwa cinta yang langgeng lebih tergantung pada perilaku dibandingkan masalah biologi. Meski hal-hal tertentu sudah menjadi bawaan sejak seseorang belum lahir.
Simetri tubuh
Berdasarkan konsepnya, tubuh manusia berkembang dari sel-sel yang membelah. Bila masing-masing divisi tumbuh sempurna, hasilnya adalah bayi yang bagian kanan dan kiri tubuhnya simetri. Namun alam tidak selamanya bekerja seperti itu. Mutasi genetis dan pengaruh lingkungan sering mengubahnya, dan hasilnya berdampak seumur hidup.
Tubuh yang simetris menunjukkan bahwa seseorang memiliki dasar genetis yang bagus untuk tumbuh baik, seimbang, sehat, subur, sehingga menjadi pilihan baik untuk meneruskan keturunan.
"Masuk akal bila seseorang menjadikan ukuran simetri sebagai dasar memilih pasangan," kata ahli biologi evolusioner Randy Thornhill dari University of New Mexico. "Bila Anda memilih pasangan yang tubuhnya simetri, maka keturunan Anda cenderung akan tumbuh seimbang juga."
Thornhill telah meneliti masalah simetri selama 15 tahun. Ia memindai wajah dan tubuh ke dalam komputer untuk mendeskripsikan apa yang disebut rasio simetri. Baik lelaki maupun wanita memberi nilai tinggi pada orang dengan tubuh simetris, yang dianggap lebih menarik dan lebih sehat dibanding mereka yang tubuhnya tidak simetris.
Berdasarkan wawancara, Thornhill juga menemukan bahwa lelaki dengan derajat simetri tinggi, memiliki lebih banyak pasangan seksual dibanding lelaki yang derajat simetrinya rendah.
Bentuk tubuh yang sexy
Bentuk tubuh seseorang tentu saja merupakan faktor penting juga. Dan para ilmuwan memiliki banyak bukti mengenai hal itu. Salah satunya adalah psikolog Devendra Singh dari University of Texas yang meneliti rasio pinggang ke pinggul (waist-to-hip ratio atau WHR).
Perempuan dengan WHR 0,7 - atau memiliki pinggul yang jaraknya cukup rendah dari pinggang - adalah kelompok yang dianggap lebih menarik bagi para pria.
Analisa terhadap model-model Playboy dan peserta Miss Amerika menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka memiliki WHR 0,7 atau lebih rendah.
Berdasar penelitian Singh, secara umum, wanita dengan WHR 0,67 hingga 1,18 dipandang lebih menarik. Sedangkan WHR 0,8 hingga 1,0 pada pria dianggap lebih seksi di mata wanita, meskipun bahu yang lebar memiliki nilai lebih.
Lalu alasan ilmiah apakah yang tersembunyi di balik rasio di atas? Sepertinya semua berkaitan dengan kemampuan dan kekuatan untuk membesarkan anak.
Perlu diketahui, cadangan tenaga dalam bentuk lemak yang disimpan tubuh ditentukan oleh hormon-hormon seks: testosteron pada pria, dan estrogen pada wanita. Bila seorang wanita memproduksi estrogen dalam jumlah banyak, maka WHR-nya akan mengikuti proporsi yang sesuai. Hal yang sama terjadi pada testosteron pria.
Menurut study, orang-orang dengan WHR ideal juga memiliki potensi lebih kecil terkena penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Wanita dengan WHR ideal juga cenderung tidak mengalami kesulitan di saat hamil.
"Gagasan dasar di balik itu adalah bahwa kecantikan tubuh tidak sekedar sesuatu yang menarik dipandang, tapi sebenarnya memberi informasi mengenai kesehatan dan kesuburan," kata Singh.
Wajah yang menunjukkan kesuburan
Lebih jauh, struktur dari wajah seseorang juga memberi petunjuk mengenai kesuburannya. Estrogen pada wanita mempengaruhi pertumbuhan tulang wajah bagian bawah dan dagunya, membuatnya relatif kecil dan pendek. Sedangkan tulang alis tumbuh sedemikian sehingga membuat mata menjadi tampak lebar, kata Thornhill. Sementara pada pria, testosteron mempengaruhi bentuk muka bagian bawah dan rahang menjadi lebih besar.
Pria dan wanita yang memiliki bentuk wajah seperti di atas dianggap lebih menarik, ungkap Thornbill, karena hal itu menunjukkan tingkat kesehatan reproduksinya.
Ketertarikan orang akan bentuk-bentuk seperti itu terbukti dengan maraknya bisnis operasi plastik, yang pada dasarnya bertujuan untuk membuat seseorang memiliki wajah dengan kaidah-kaidah tertentu yang dianggap indah.
Bau yang menggoda
Dalam laporan penelitian bulan lalu, disebutkan bahwa bau dan penampilan seorang wanita akan tampak lebih menarik pada saat-saat tertentu dalam suatu bulan.
Dan uniknya, pria yang bertubuh simetris juga memiliki bau lebih enak.
Ini terbukti dalam percobaan yang dilakukan Thornbill, dimana ia meminta para wanita sukarelawan untuk membaui pakaian dalam pria yang terkena keringat. Hasilnya, para sukarelawan menganggap bau pakaian dalam pria dengan tubuh simetris (sukarelawan tidak diberi tahu siapa pemilik pakaian) lebih menarik dan menggairahkan.
Sampai di sini kita mungkin bertanya-tanya, dan mulai bingung, apakah kriteria seseorang menarik atau tidak adalah sesuatu yang terlihat dan kita sadari? Karena dalam beberapa kasus, sukarelawan mengaku tidak membaui apapun dari pakaian dalam pria simetris, namun masih tetap mengaku tertarik.
"Saya pikir pendeteksian terhadap jenis bau-bau seperti ini berada di bawah kesadaran kita," kata Thornhill.
Sebuah penelitian tahun 2002 menemukan bahwa banyak perempuan lebih menyukai bau dari pria yang secara genetis mirip dengan genetisnya, dibanding pria yang secara genetis berbeda atau terlalu identik. Yang terakhir ini mungkin sifat alami untuk menghindari perkawinan antar saudara.
Pembauan di bawah sadar ini mungkin berkaitan dengan pheromone, sinyal-sinyal kimia dari tubuh yang berfungsi untuk menyampaikan kondisi reproduktif. Gen manusia mengandung lebih dari 1.000 gen olfactory - bandingkan dengan sekitar 300 gen penerima gambar di mata - sehingga tak heran bila pheromone mendapat banyak perhatian dari para peneliti dan pembuat minyak wangi.
Hanya saja, peran pheromone dalam kehidupan manusia masih menjadi sesuatu yang diperdebatkan.
Padahal di dunia binatang, pheromone secara jelas berfungsi sebagai daya tarik seksual. Gajah-gajah jantan dewasa, misalnya, meningkatkan daya tarik seksualnya menggunakan campuran kimiawi yang tidak dapat diproduksi oleh gajah-gajah muda.
Milos Novotny, dari Institut Riset Pheromone, Universitas Indiana, telah menemukan bahwa molekul-molekul khusus yang dihasilkan tikus jantan mampu menarik perhatian tikus betina, sekaligus mengusir, bahkan membuat marah tikus jantan lain.
Tetapi banyak peneliti yang belum meyakini gagasan bahwa senyawa tak berbau ini memiliki peran dalam membuat seseorang menjadi menarik. Ahli biologi evolusioner, Jianzhi Zhang dari Universitas Michigan, adalah salah seorang diantaranya.
Tahun 2003, Zhang menyatakan bahwa gen yang bermutasi sekitar 23 juta tahun lalu pada primata di Afrika dan Asia - yang dianggap sebagai nenek moyang manusia - memungkinkan mereka untuk melihat warna. Ini membuat para pejantan menyadari bokong betina-betina berubah warna menjadi merah terang saat mereka siap kawin.
"Dengan perkembangan seperti itu, tidak diperlukan kepekaan pheromone untuk mengetahui apakah monyet betina siap untuk kawin," kata Zhang. "Penggunaan petunjuk visual adalah suatu keunggulan dibanding pheromone karena kita dapat melihatnya dari jauh."
Namun begitu, sebuah penelitian yang dilakukan tahun lalu, menunjukkan pheromone manusia mempengaruhi area seksual di otak para wanita dan pria gay dalam pola yang sama.
Seks visual
Pheromone, seperti bau-bauan yang lain, menyebar melalui udara menumpang partikel lain. Senyawa ini biasanya melayang-layang sekitar 10 inci di atas tanah. Sehingga kecil kemungkinan pheromone menimbulkan gairah yang tiba-tiba saat pasangan bertemu.
Gairah lebih mudah terpicu lewat pandangan. Ingat bagaimana para pria bersuit-suit saat melihat gadis sexy lewat. Kekuatan visual ini seolah mengalahkan kedigdayaan pheromone.
Lebih parah lagi, tujuan pheromone adalah organ khusus yang disebut volmeronasal, yang kini tidak berkembang lagi pada manusia. Padahal seharusnya dari organ tersebut, bau-bau menggairahkan bergerak ke otak, terpisah dari bau lain.
Menurut Zhang, setelah nenek moyang kita bisa melihat warna, gen penting yang berfungsi untuk menerima sinyal pheromone menjadi makin tidak berfungsi. Namun mekanisme untuk menghasilkan pheromone masih bekerja. Dan dalam kasus tertentu, secara tidak sadar kita masih tertarik pada pheromone yang dikeluarkan lawan jenis.
Hubungan yang langgeng
Pada akhirnya ketertarikan satu sama lain pada manusia seringkali lebih ditentukan oleh faktor kebiasaan. Hubungan yang dekat kadang lebih berperan dibanding apa yang kita lihat dan kita cium.
Tahun lalu J. Philippe Rushton, seorang psikolog dari Universitas Western Ontario, mencari tahu hubungan gen dengan pemilihan pasangan. Diperoleh bahwa kesamaan genetis memiliki peran hingga 34 persen dalam pertemanan dan pemilihan pasangan.
"Teori di balik ini adalah bahwa beberapa gen bekerja baik bila dikombinasikan dengan gen serupa," kata Rushton.
Bila pasangan Anda hampir mirip secara genetik, maka Anda kemungkinan besar akan memiliki hidup perkawinan yang bahagia, lanjtnya. Ini karena seseorang biasanya akan lebih perhatian dan bersedia berkorban bagi orang yang secara genetis mirip dengannya.
Pasangan dengan gen mirip biasanya juga memiliki personalitas dan budaya tidak terlalu berbeda. Dan itulah yang seringkali menyatukan wanita dengan pria: kecocokan.
Cinta sejati
Beberapa orang sering beranggapan ketertarikan secara seksual akan berujung pada rasa cinta yang kuat. Namun sebenarnya yang manakah lebih memotivasi kita, seks memunculkan cinta, atau cinta menuju pada hubungan seks?
Penelitian terhadap otak orang-orang yang sedang jatuh cinta menunjukkan tingginya aktivitas cinta dibanding seks. "Cinta yang romantis adalah salah satu pengalaman manusia yang paling kuat," kata Helen Fisher, seorang antropolog dari universitas Rutgers. "Cinta jelas jauh lebih kuat dari keinginan seks."
Karenanya apa yang membuat seseorang tertarik pada orang lain, makin menjadi misterius. Urutan bagi masing-masing orang berbeda-beda. Namun banyak orang menempatkan unsur kesetiaan di urutan atas.
Peneliti dari Cornell University, Stephen Emlen, melakukan penelitian terhadap 1.000 orang berusia 18 hingga 24 untuk mencari tahu manakah di antara sifat-sifat seperti penampilan fisik, kesehatan, status sosial, ambisi, kepercayaan, dan lainnya yang berperan penting dalam hubungan.
Kebanyakan orang memilih kesetiaan sebagai hal utama dalam menentukan pasangan jangka panjang. Setelah itu baru penampilan fisik, komitmen terhadap keluarga, kekayaan, dan status.
Artinya, pada manusia, unsur-unsur budaya menjadi lebih berperan dibanding fisik semata, meski yang terakhir ini seringkali menjadi pemicu munculnya ketertarikan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bagussss!!!!
BalasHapus